Salam Jumpa
Lagi...dengan Mujadi45...Semangat 45.
Kali ini
akan dikemukakan tentang bahaya Stunting/kerdil...
Ternyata Stunting
itu banyak bahayanya lho..., diantaranya :
1. Kerusakan
sel otak
Tidak cuma para orangtua, kita semua patut mencemaskan
angka stunting yang
tinggi di negeri ini. Mengapa? Pertama-tama karena dampak stunting pada anak bukan hanya
tampak pada pertumbuhan anak secara fisik, tetapi juga otak
anak. Nah, jika pertumbuhan
anak secara fisik masih bisa dikejar, tidak demikian halnya dengan
pertumbuhan otak. Bahkan, anak yang mengalami stunting memiliki risiko mengalami kerusakan sel otak.
2. Kemampuan
kognitif terbatas
Akibat pertumbuhan otak yang terganggu, anak-anak yang
mengalami stunting akan
mengalami kesulitan belajar karena kemampuan kognitifnya terbatas. Dampak
pertumbuhan otak yang terhambat ini akan berlanjut ke usia produktif. Di masa
dewasanya, anak-anak stunting memiliki
produktivitas yang lebih rendah dibandingkan rekan-rekan sebayanya.
Dampak lain dari stunting yang tak kalah merugikan adalah menurunkan sistim
imunitas tubuh. Anak-anak stunting lebih
rentan terjangkit berbagai infeksi. Sedemikian rentannya imunitas anak stunting sehingga ia menghadapi
risiko kematian akibat terjangkit infeksi yang terjadi berulang kali.
3.
Pencernaan terganggu
Stunting juga
menyebabkan sistem pencernaan seorang anak terganggu. Kondisi ini menggiring
sang anak untuk ke pola makan yang tidak sehat. Tak heran, anak-anak stunting di masa hidupnya
memiliki risiko obesitas, hipertensi, dan diabetes.
Dengan sederet akibat buruk yang ditimbulkannya, stunting memang kondisi yang
harus diperangi bersama-sama. Namun sebelum bisa mencegah stunting, kita perlu memahami apa
saja penyebab seorang anak mengalami kondisi stunting.
Penyebab dan
pencegahan stunting
Seperti telah disebut di atas, stunting merupakan kondisi gagal
tumbuh yang menimpa anak di bawah lima tahun, alias balita. Ada beberapa hal
yang menyebabkan seorang balita stunting.
1. Anak
mengalami kekurangan gizi kronis
Hal ini terjadi untuk jangka panjang sehingga
menyebabkan anak mudah terjangkit infeksi, serta kekurangan stimulasi
psikososial. Psikososial adalah kondisi yang menggambarkan hubungan antara
kondisi sosial seseorang dengan kesehatan mental atau emosionalnya.
2. Orangtua
tidak sadar kebutuhan gizi anak sejak dalam kandungan
Seorang anak mengalami kekurangan gizi bisa jadi
karena orangtua tidak menyadari bahwa mereka harus memasok gizi yang memadai ke
anaknya sejak anak masih berbentuk janin dalam kandungan ibunya. Dugaan ini
merujuk ke hasil Riskesdas yang memotret kondisi konsumsi ibu hamil dan bayinya
selama 2016-2017.
Hasil penelitian itu menunjukkan satu dari lima ibu
hamil masih kurang gizi. Lalu, tujuh dari ibu hamil mendapatkan asupan dengan
kandungan kalori dan protein yang tidak memadai. Nah, anak-anak dari ibu hamil yang kurang gizi jelas
terancam stunting.
Mengapa? Karena stunting terjadi
akibat kekurangan gizi yang dialami sang anak sejak ia dalam kandungan sampai
berusia 1.000 hari.
4. Orangtua
tidak menyediakan asupan bergizi pada anak
Setelah sang bayi lahir, banyak orangtua di Indonesia
juga masih abai dalam menyediakan asupan yang bergizi. Kenyataan ini terungkap
dari hasil Riskesdas yang sama. Penelitian itu menunjukkan tujuh dari 10
anak-anak balita mengalami kekurangan kalori, dan lima dari 10 balita
kekurangan protein. Hal ini bisa menyebabkan stunting pada bayi.
5. Kesehatan
ibu
Faktor lainnya yang menyebabkan stunting adalah
terjadi infeksi pada ibu, kehamilan remaja, gangguan mental pada ibu, jarak
kelahiran anak yang pendek, dan hipertensi.
6. Sanitasi
tidak bersih
Selain itu, rendahnya akses terhadap pelayanan
kesehatan termasuk akses sanitasi dan air bersih menjadi salah satu faktor yang
sangat mempengaruhi tumbuh kembang balita.